Siaran Pers: Festival Wana Lestari Promosikan Program Perhutanan Sosial Masyarakat Desa Banyurip

-
Date:
28 Feb 2025 -
Author:
KEHATI
Sejak lama, Desa Banyurip, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen menghadapi beberapa masalah lingkungan. Salah satunya adalah tingginya ketergantungan pada komoditi jagung dan tebu di sekitar kawasan hutan. Hal ini berdampak pada kurang terpeliharanya tanaman produktif. Kurangnya perhatian masyarakat terhadap tumbuh kembang tanaman produktifbukan tanpa sebab. Hal itu dilakukan agar tanaman produktif tersebut tidak mengganggu pertumbuhan tanaman jagung dan tebu yang tumbuh di area tersebut. Pertumbuhan tanaman produktif yang baik, dianggap mengancam pertumbuhan tanaman jagung dan tebu yang ditanam petani.
Alhasil, kerusakan tanaman pokok mengakibatkan sumber–sumber air mengering, sehingga menyebabkan bagi hasil dari hasil tanaman pokok bagi penggarap rendah, dan membuat ketersediaan rumput untuk ternak terbatas. Ketua Badan Pengurus Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan Surakarta, Sumino, SE mengatakan bahwa solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah mengembalikan keseimbangan ekosistem di kawasan hutan melalui program perhutanan sosial, sehingga dapat mengembalikan fungsi ekologi, ekonomi dan sosial.
Secara ekologi, hutan bisa menjadi wilayah menjadi resapan air dan memulihkan sumber – sumber air yang selama ini mati, dan memulihkan sumber keragaman hayati untuk mendukung kebutuhan masyarakat. Secara ekonomi masyarakat dapat mengambangkan komoditas tanaman produksi yang dapat hidup selaras dengan ekosistem hutan dan dapat menjadi sumber pendapatan. Secara sosial kawasan hutan dapat menjadi pusat edukasi dan penelitian terkait keragaman dan pengelolaan ekosistem hutan.
Tujuan-tujuan tersebut diwujudkan melalui program perhutanan sosial yang sudah dijalankan. Maka itu, untuk menyebarluaskan pembelajaran, dan mendapatkan dukungan dari para pihak, LPTP bersama Yayasan KEHATI menggelar acara festival lingkungan bertajuk Festival Wana Lestari. Selain sebagai ajang promosi, kegiatan ini diharapkan dapat membangun kerja sama dari para pemangku kepentingan yang hadir terkait strategi pengelolaan kawasan perhutanan sosial berkelanjutan di Desa Banyurip.
Pada kesempatan yang sama Direktur Program Yayasan KEHATI Dr. Rony Megawanto mengatakan bahwa sudah saatnya bangsa Indonesia hidup harmonis dan selaras dengan alam alam. Hal ini dimulai dari wilayah perdesaan, khususnya yang tinggal dekat dengan kawasan hutan. Begitu pun dengan Desa Banyurip. Jika ekosistemnya rusak, maka yang paling terkena dampaknya adalah masyarakat sekitar.
Hal ini pernah dirasakan dengan mengeringnya sumber-sumber air yang mengakibatkan tingginya pengeluaran masyarakat untuk membeli air bersih.
Festival Wana Lestari
LPTP bersama Yayasan KEHATI mengadakan Festival Wana Lestari kegiatan ini yang dikoordinatori oleh Niken Prihartari kegiatan ini dilaksanakan di Balai Kesenian Rakyat Desa Banyurip Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen (27/2). Tujuannya yaitu untuk mempromosikan praktik baik yang dilakukan masyarakat Desa Banyurip dalam mengembalikan tata guna kawasan sesuai dengan fungsinya melalui kerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan pengelolaan kawasan perhutanan sosial.
Beberapa program perhutanan sosial yang sudah dijalankan, antara lain pengembangan model pengelolaan perutanan sosial yang dikelola dengan vegetasi multistrata, diversivikasi sumber pangan untuk mendukung ketahanan pangan dan pendapatan melalui optimalisasi lahan pekarangan dan marginal dengan komoditas palawija, umbi-umbian, tanaman obat, dan sayuran melalui pendekatan sekolah lapang; peningkatan daya dukung pertanian melalui perbaikan manajemen unit pengolahan pupuk organik dan pestisida alami; pengembangan industri rumah tangga makanan olahan yang dikelola perempuan berbasis hasil hutan bukan kayu seperti umbi-umbian koro-koroan dan buah-buahan; dan penguatan tata kelola kelembagaan LMDH dalam mengelola organisasi, bisnis, jaringan, dan kawasan hutan secara mandiri.
Selain itu, Festival Wana Lestari turut mempromosikan beberapa hasil hutan bukan kayu yang diproduksi di kawasan hutan, seperti cabe jawa, gula merah berbahan tebu, mangga red ivory, mangga kiojay, mangga Hong Guo Fei dan juga sayuran dan tanaman pangan lain yang diproduksi dari perkarangan rumah, antara lain produk olahan kacang sacha inchi dan olahannya (susu sachi, susu bubuk sachi, kacang oven sachi, minyak sachi, cokelat sachi, teh sachi, sabun sachi), dan sayur hasil budi daya pekarangan. Dalam pameran tersebut juga ditampilkan aneka olahan pangan berbahan komoditas hasil panen masyarakat setempat.
Selain menambah penghasilan, sayur-mayur yang dihasilkan dapat menjadi pemenuhan gizi keluarga.
Dalam kesempatan tersebut, turut hadir multistakeholder, yaitu :
1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Tengah
2. Biro Infrastruktur dan Sumber Daya Alam Provinsi Jawa Tengah
3. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah
4. Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah
5. Dinas Koperasi usaha Kecil dan Menegah Provinsi Jawa Tengah
6. Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (BPSKL) wilayah Jawa Tengah
7. Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDas) Solo
8. Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWS)
9. Cabang Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah Wilayah X
10. Perum Perhutani KPH Surakarta
11. Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan perikanan Kabupaten Sragen
12. Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sragen
13. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sragen
14.Badan Perencanaan Pembangunan Riset dan Inovasi Daerah (Baperida) Kabupaten Sragen
15. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Kabupaten Sragen
16. Perum Perhutani BKPH Tangen
17. Camat Kecamatan Jenar
18. Koramil Kecamatan Jenar
19. Polsek Kecamatan Jenar
20. UNS Fakultas Pertanian Prodi Pengelolaan Hutan
21. UNS Fakultas Pertanian Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian
22. Pemerintah Desa Banyurip
23. LMDH Banyurip Lestari Desa Banyurip
24. KUPS Kembang Pilang Desa Banyurip
25. KUPS Banyurip Lestari I
26. KUPS Banyurip Lestari II
27. Pengelola lahan demplot/pesanggem
28. CV Abana Green Garden
29. Ketua LMDH Wonolerso Desa Kadang sapi
30. Ketua LMDH Wonodadi Japoh
31. Ketua LMDH Sumber Rejeki I Desa Dawung
32. Ketua LMDH Dadi Mulyo Jenar
33. KTH Anting Putri Desa Ngepringan
34. KTH Wono Tirto Lestari Ngepringan
35. Ketua MMP Wono Asri Kecamatan Jenar
36. SMP Negeri 1 Jenar
37. SMP Negeri 2 Jenar
38. SMP Negeri 3 Satu Atap Jenar
39. SD Negeri Banyurip 1
40. Yayasan KEHATI
—selesai—
Tentang KEHATI
Dibentuk pada 12 Januari 1994, Yayasan KEHATI bertujuan untuk menghimpun dan mengelola sumber daya yang selanjutnya disalurkan dalam bentuk dana hibah, fasilitasi, konsultasi dan berbagai fasilitas lain guna menunjang berbagai program pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia dan pemanfaatannya secara adil dan berkelanjutan. Beberapa tokoh dibalik terbentuknya Yayasan KEHATI antara lain, Emil Salim, Koesnadi Hardjasoemantri, Ismid Hadad, Erna Witoelar, M.S. Kismadi, dan Nono Anwar Makarim.
Selama lebih dari dua dekade, Yayasan KEHATI telah bekerja sama dengan lebih dari 1.500 lembaga lokal yang tersebar dari Aceh hingga Papua, serta mengelola dana hibah lebih dari US$ 200 juta. Dana tersebut berasal dari donor multilateral dan bilateral, sektor swasta, filantrofi, crowd funding, dan endowment fund.
Terdapat 6 pilar pendekatan program yang dikelola oleh KEHATI yaitu ekosistem kehutanan, pertanian, kelautan, perubahan iklim dan circular, sustainable investment dan Biodiversity Warriors. Selain itu, Yayasan KEHATI juga mengelola program khusus antara lain Tropical Forest Conservation Action (TFCA) Sumatera dan Kalimantan, Blue Abadi Fund (BAF), USAID Konservasi Laut Efektif (Kolektif), Ananta Fund, Program Solutions for Integrated Land-and Seascape Management in Indonesia (SOLUSI) dan Tropical Forest and Coral Reef Conservation Act (TFCCA).
Yayasan KEHATI merupakan pionir investasi ESG di pasar modal Indonesia. Bekerjasama dengan Bursa Efek Indonesia, KEHATI mengembangkan indeks saham berbasis ESG, yaitu: Indeks saham SRI-KEHATI, ESG Quality 45 IDX KEHATI, dan ESG Sector Leaders IDX KEHATI. Yayasan KEHATI juga aktif mempromosikan Impact Investment, memfasilitasi impact enterpreneurs, serta berinvestasi dan menggalang investor untuk mendukung usaha rintisan berdampak lingkungan dan sosial.
Tentang LPTP
Yayasan Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan disingkat Yayasan LPTP merupakan organisasi nirlaba atau Non Government Organisation (NGO) yang didirikan oleh beberapa pegiat dan peneliti senior Organisasi Non Pemerintah (ORNOP), pada 10 November 1978.
Pendirian Yayasan LPTP ini didukung oleh beberapa relawan Appropriate Technology International (ATI) yang bekerja di beberapa ORNOP Indonesia akhir tahun 1970-an. Yayasan LPTP lahir dari pergulatan intelektual para penggiat atas situasi sosial saat itu. Yayasan LPTP merupakan buah pemikiran atas ilham yang diperoleh dari refleksi buku fenomenal karya E.F. Schumacher, Small is Beautiful: A Study of Economics As if People Mattered (terbit pertama kali tahun 1973). Refleksi intelektual inilah yang menjadikan gerak Yayasan LPTP hingga saat ini.
Sejak awal berdiri, Yayasan LPTP menegaskan sebagai organisasi independen. Dalam artian, Yayasan LPTP tidak merupakan underbow organisasi partai politik dan organisasi massa. Selain itu, Yayasan LPTP juga tidak berafiliasi dengan kekuatan golongan tertentu, yang bersifat rasial, keagamaan, kesukuan, dan golongan. Yayasan LPTP memiliki perhatian dan orientasi kerja pada masalah kemanusiaan dan pembangunan dengan menjunjung tinggi transparansi, partisipasi dan toleransi. Yayasan LPTP menetapkan strategi operasional, sebagai berikut:
1. Mengakselerasi pengembangan teknologi terapan di bidang energi terbarukan, pangan, pertanian berkelanjutan, dan penataan fungsi lingkungan.
2. Menskalakan kerja-kerja mikro ke dalam konteks kawasan.
3. Membangkitkan jiwa kewirausahaan.
4. Memperluas kerjasama dengan mitra strategis dalam negeri yakni masyarakat sipil, pemerintah daerah, pemerintah pusat, perusahaan-perusahaan negara dan swasta. Selain juga memperluas kerjasama dengan mitra strategis luar negeri berupa kerjasama bilateral melalui skema desentralisasi negara donor,dan lembaga-lembaga tradisional internasional.
5. Menggalang sumber daya lokal (local pilanthrophy).
6. Mengintegrasikan teknologi informasi dan digital, serta manajemen
pengetahuan dalam ke dalam kerja-kerja organisasi.
7. Melakukan investasi strategis guna perluasan dampak dan keberlanjutan organisasi.
8. Melakukan reorientasi, restrukturisasi dan peningkatan kapasitas organisasi. Sumber : https://devweb.lptp.or.id/
Kontak Panitia
LPTP Surakarta
Program Perhutanan Sosial Desa Banyurip Kec. Jenar Kab. Sragen
Contact person:
Niken Prihartari / Wa : 0817 0446 799
Kurniawan Eko Y /Wa : 0821 3860 8775